Negarayang menggunakan kebijakan Pro natalitas dalam pertumbuhan penduduknya . MrM16 Verified answer Jawaban Pronatalis adalah kebijakan yang mendorong meningkatnya angka kelahiran contoh negara pronatalis yaitu -jepang,-prancis,-kuwait semoga terbantu . 0 votes Thanks 1.
a Pengertian. Berbagai hal yang perlu diuraikan terkait dengan pengertian Polmas adalah sebagai berikut : 1. Konsep Polmas mencangkup dua unsur yakni Perpolisian dan masyarakat. Secara harafiah, perpolisian yang merupakan terjemahan dari kata Policing berarti segala hal ikhwal penyelenggaraan fungsi Kepolisian.
Keberhasilansuatu negara memiliki relevansi yang signifikan dengan kualitas pendidikan yang diselenggarakan. Sedangkan kualitas pendidikan berbanding lurus dengan kejelasan tujuan dan arah kebijakan yang hendak dicapai. Standar kualitas merupakan perwujudan dari komitmen kolektif untuk menjadi bangsa yang unggul, maju, dan berperadaban.
Vay Tiền Nhanh. MrM16 Verified answer Jawaban Pronatalis adalah kebijakan yang mendorong meningkatnya angka kelahirancontoh negara pronatalis yaitu -jepang,-prancis,-kuwaitsemoga terbantu 0 votes Thanks 1
- Perkenalkan Raphael Samuel. Bukan, dia bukan Raphael Samuel yang sejarawan Marxis asal Inggris itu. Raphael Samuel yang ini adalah seorang laki-laki berusia 27 tahun asal Mumbai, India, yang menyesal karena telah dilahirkan. Sebab itu, Samuel berniat menuntut orangtuanya karena telah "melahirkannya" tanpa persetujuan darinya. Ajaib sekali, bukan?Hidup Samuel sebetulnya baik-baik saja, bahkan terbilang "luar biasa"-menurut pengakuannya sendiri. Namun demikian, Samuel masih tak dapat benar-benar memahami mengapa di dunia ini ia harus menjalani kehidupan penuh pergolakan. Mulai sejak di sekolah hingga bersusah payah membangun karier. "Saya mencintai orangtua saya, dan kami memiliki hubungan yang hebat, tetapi mereka memiliki saya hanya untuk kesenangan mereka. Hidup saya luar biasa, tetapi saya tidak melihat mengapa saya harus menjalani kehidupan ini. Padahal saya tak meminta semua itu saat dilahirkan oleh ibu. Artinya, ini adalah kesalahan,” ucap Samuel seperti dilansir Times of adalah seorang penganut anti-natalisme. Mengacu pada forum Reddit, /r/antinatalism, kaum anti-natalis adalah mereka yang "memberi cap negatif pada proses kelahiran manusia". Keyakinan itu muncul karena mereka percaya bahwa dunia ini sudah kelewat penuh dengan penderitaan. Karenanya, mereka berpandangan bahwa membiarkan seorang anak lahir dan memaksanya hidup dalam dunia sudah rusak ini merupakan sebuah tindakan imoral. "Saya ingin memberi tahu semua anak bahwa mereka tidak berutang apapun kepada orangtua mereka. Orang-orang India lainnya harus tahu bahwa itu adalah pilihan untuk tidak memiliki anak, dan untuk bertanya kepada orangtua Anda mengapa mereka melahirkan Anda.”pada prinsipnya, mereka menilai eksistensi sebagai suatu hal yang burukBerkunjunglah ke laman Facebook Samuel-tidak sulit mencarinya, cukup ketik saja nama lengkapnya di fitur pencarian-, maka Anda akan melihat berbagai statusnya yang berisi informasi seputar anti-natalisme. Ia cukup rutin membagikan pesan-pesan berbau anti-prokreasi untuk “menyadarkan” teman-temannya di Facebook. Atau simak videonya di Youtube yang berjudul Why Am I Suing My Parents?’.Beberapa pesan tersebut mencakup “Bukankah memaksa anak mendapatkan pekerjaan yang layak sama saja seperti penculikan atau perbudakan?” Atau “Orangtua kalian memilih menjadikan kalian sebagai mainan, dibanding memiliki seekor anjing atau mainan sungguhan. Kalian tidak berutang apapun kepada mereka.” Tinjauan Filsafat dalam Anti-Natalisme Jika ditafsirkan secara ekstrem, mayoritas kaum anti-natalis dapat dianggap mendukung pemusnahan manusia. Sebab pada prinsipnya, mereka menilai eksistensi sebagai suatu hal yang buruk. Pandangan mengenai problematika eksistensi sejatinya tidak baru-baru amat, terutama dalam spektrum menganggap bahwa kehidupan manusia adalah absurditas tak berujung tanpa tujuan akhir dan berarti. Dalam The Myth of Sisyphus, ia menggunakan alegori Sisyphus untuk menggambarkan absurditas tersebut. Sebagaimana diceritakan dalam mitologi Yunani kuno, Sisyphus dikutuk oleh Zeus untuk mendorong sebuah batu besar ke puncak bukit untuk kemudian menggelinding kembali ke Camus, alegori tersebut membuhulkan sebuah faktum kesia-siaan kondisi umat manusia jika dilihat dari perspektif semesta. Sebab, jika semua manusia pada akhirnya akan sirna, begitu juga dengan semesta, lantas apa makna segala projek kehidupan yang selama ini telah dikerjakan? Ketidakbermaknaan hidup inilah yang terus menerus dibayangkan Camus dan kerap disimpulkan oleh banyak orang sebagai anjuran untuk bunuh lebih konkret mengenai eksistensi juga menjadi fondasi filsafat pesimisme Arthur Schopenhauer. Menurutnya, eksistensi adalah suatu hal yang buruk dan penuh kekejaman. Dalam On the Vanity and Suffering of Life, ia menggemakan pandangannya dengan lebih suram “Life is a business that does not cover the costs.”- Hidup merupakan bisnis yang tidak menutup memandang, derita yang ada dalam kehidupan manusia melampaui kebahagiaan dan apa yang disebut sebagai kebahagiaan itu pun berarti tidak lebih dari lepasnya rasa sakit. Yang lebih buruk lagi, dunia ini fana alias hanya sementara, maka segala proyek dan tujuan akhirnya akan pudar dimakan waktu. Maka sebab itulah, Schopenhauer menilai semua penderitaan karena kehendak buta blind will manusia itu sendiri. Pun begitu, fondasi filsafat Schopenhauer tidaklah independen. Ia banyak terpengaruh oleh beberapa pemikir penting sebelumnya seperti Immnanuel Kant, Plato, dan Siddharta Gautama Buddha. Kepada Kant, ia mengelaborasikan pandangan metafisis. Dengan Plato, ia “meminjam” pemikirannya mengenai kesenian. Sedangkan pandangan mengenai kehidupan atau moralitas secara esensial banyak ia takik dari pemikiran memandang eksistensi sebagai suatu hal yang tidak memuaskan atau dalam istilahnya sendiri disebut “Dukkha”. Kendati manusia dapat tereinkarnasi menjadi makhluk yang lebih baik, namun tidak ada yang pernah betul-betul memuaskan. Sehingga menurut Buddha. tujuan sejati manusia adalah terbebas dari siklus reinkarnasi itu sendiri, di mana kemudian juga kerap ditafsirkan dengan anjuran untuk mati. Walau sesungguhnya kematian yang dikehendaki justru merupakan ketertundukkan kepada Camus, Schopenhauer, maupun Buddha tidak mengambil posisi eksplisit mengenai pro-kreasi, beberapa pemikir lain ada yang memproklamirkan diri sebagai anti-natalis. Kurnig, sebagai contoh, menulis dalam Der Ne-Nihilismus, bukunya yang terbit pada awal abad 20 sebelum Perang Dunia I dimulai “Saya menganggap kehidupan manusia sebagai sesuatu yang secara keseluruhan tidak menyenangkan, sebagai kemalangan. Orang yang belum lahir tidak akan memintanya. Saya tidak bisa hanya diam dan mengambil peran pasif kala menyaksikan kesengsaraan yang sangat buruk itu.”Demikian pula seperti nama-nama pemikir lain Peter Wessel Zapffe, Théophile de Giraud, Karim Akerma, hingga Thomas Ligotti. Para pemikir ini umumnya beranggapan bahwa membiarkan seseorang masuk ke dalam eksistensi yang buruk ini adalah suatu tindakan yang salah secara moral. Di antara sekian nama pemikir tersebut, ada David Benatar yang pemikirannya dalam buku berjudul Better Never to Have Been The Harm of Coming into Existence, kerap menjadi rujukan kaum anti-natalisme modern. Argumen utama Benatar adalah dengan menunjukkan bagaimana asimetri antara rasa sakit pain dan rasa nikmat pleasure. Secara garis besar, ia beranggapan bahwa anti-natalisme dapat mengurangi, bahkan “menghilangkan”, risiko penderitaan generasi selanjutnya. Maka dari itu, dengan mengatakan bahwa melahirkan merupakan “tindakan immoral yang tidak boleh dilakukan setiap manusia”, Benatar sejatinya tengah menggugah kesadaran manusia sebelum memutuskan memiliki anak. Namun demikian, Benatar tidak sepakat cara pembunuhan atau pembantaian demi mengurangi populasi. Hal itu menurutnya justru menambah 'penderitaan' manusia yang hidup saat ini. Satu-satunya opsi yang bisa dilakukan adalah dengan tidak melahirkan. Sebagaimana dikatakannya “Tidak mungkin sepenuhnya menghilangkan penderitaan manusia tanpa mengakhiri seluruh kehidupan manusia seperti yang kita ketahui. Tapi membunuh satu sama lain dan genosida hanya menambah penderitaan. Kita harus fokus pada membuat kehidupan saat ini semenyenangkan mungkin, sambil memastikan tidak ada generasi selanjutnya yang tunduk pada penderitaan yang dijamin dalam hidup. Karena itu, adalah tidak bermoral untuk melahirkan kehidupan ke dunia ini." Infografik anti natalismeKebijakan Keluarga Berencana KB Mengusung Semangat Anti-Natalis? Dalam kehidupan bernegara, kebijakan dengan semangat anti-natalis diarahkan untuk mengurangi fertilitas. Ada dua pendekatan utama yang digunakan Program Keluarga berencana yang disponsori oleh pemerintah dan pendekatan non keluarga berencana non family planning.Poin program keluarga berencana nasional ditujukan untuk mengurangi fertilitas dengan memberikan peralatan, pelayanan, serta informasi tentang kontrasepsi. Basis argumennya adalah pasangan usia subur yang ingin membatasi besarnya keluarga mereka akan cukup untuk menurunkan rata-rata kelahiran untuk kurun waktu tertentu. Diskusi mengenai hal ini juga perlu didasari pada hak orang tua untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran. Di samping kerelaan untuk mengikuti, keluarga berencana juga diusahakan diterima secara politis karena program ini dapat dipandang sebagai suatu kebijakan kesehatan, yang memiliki keuntungan dalam hal kemanusiaan dan mempromosikan kebebasan individu melalui cara menolong pasangan menentukan jumlah anak yang mereka inginkan. Hanya saja, dengan berbagai hambatan dari faktor agama dan budaya, maka tingkat penerimaan program tersebut acapkali rendah dan akhirnya mengurangi efektivitasnya secara kelemahan pendekatan keluarga berencana dalam menurunkan fertilitas tersebut, yang mana kemudian justru meningkatkan jumlah penduduk, disimpulkan bahwa perlu dilakukan pendekatan yang tidak tergantung kepada keluarga berencana. Pendekatan ini berusaha memengaruhi fertilitas dengan memotivasi orang untuk menginginkan jumlah anak yang lebih kecil. - Sosial Budaya Penulis Eddward S KennedyEditor Nurul Qomariyah Pramisti
Sensus penduduk merupakan penghitungan jumlah penduduk yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara serentak, dan bersifat menyeluruh dalam suatu batas negara. Sejak kemerdekaan Indonesia telah melaksanakan beberapa kali sensus penduduk yaitu sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan terakhir tahun 2010. Sebelum Kemerdekaan, sebenarnya di Indonesia juga pernah dilakukan sensus, yaitu tahun 1920 dan 1930. Pada tahun 1920, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 34,3 juta jiwa dan tahun 1930 mencapai 60,7 juta. Berikut ini data hasil sensus penduduk di Indonesia. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk migrasi. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dikatakan tinggi jika laju pertumbuhan penduduknya mencapai angka lebih dari 2%. Jika angka pertumbuhannya antara 1 dan 2 persen, laju pertumbuhan termasuk sedang. Jika angka pertumbuhan kurang dari satu persen, laju pertumbuhan termasuk rendah. Berdasarkan kriteria tersebut, pada sensus 2010, laju pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong sedang. Sementara itu, negara-negara maju memiliki laju pertumbuhan penduduk yang rendah. Namun demikian, ada kecenderungan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurun yang berarti sedang menuju ciri kependudukan negara maju pada umumnya. Jumlah dan Angka Pertumbuhan Penduduk Sejumlah Negara di Dunia per PendudukKem per pendudukNatural Increase Negara Maju Baru4,51470,7 Negara Berkembang Laju pertumbuhan penduduk bervariasi antara satu negara dan negara lainnya. Negara tertentu angka pertumbuhannya tergolong tinggi, sementara yang lainnya tergolong rendah. Bahkan, ada beberapa negara yang angka pertumbuhan negatif. Jika suatu negara pertumbuhan penduduknya negatif maka negara tersebut penduduknya tidak bertambah malah berkurang jumlahnya. Berikut ini adalah hasil sensus penduduk Indonesia setelah kemerdekaan. Tahun SensusJumlah Penduduk jutaLaju Pertumbuhan % 196197,12,15 1971119,22,13 1980147,52,32 1990179,31,97 2000209,61,45 2010237,561,49 Adanya perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara satu negara dan negara lainnya menyebabkan setiap negara menerapkan kebijakan yang berbeda untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan dinamika kependudukan, yaitu perubahan-perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi. Ada dua macam kebijakan kependudukan yaitu kebijakan pro-natalis dan anti-natalis. Kebijakan pro-natalis mendukung penduduknya untuk memiliki jumlah anak yang banyak. Contoh negara tersebut adalah Kuwait, Jepang, Argentina, Brasil, Jerman, Israel. Kebijakan anti-natalis mendukung kebijakan yang mendorong turunnya angka kelahiran. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang terlalu besarr. Contoh negara yang menerapkan kebijakan ini adalah China dengan kebijakan satu anak one child policy Negara lainnya yang menerapkan kebijakan tersebut adalah Indonesia, Nigeria, India, dan sejumlah negara lainnya. Program Keluarga Berencana KB mencerminkan kebijakan antinatalis di Indonesia. Program tersebut diharapkan mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Jika laju pertumbuhan terkendali, diharapkan kualitas penduduknya akan makin baik. Dengan cara demikian, Indonesia diharapkan dapat lebih cepat menjadi negara maju. Dampak Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk ternyata membawa dampak positif dan negatif bagi suatu negara. Beberapa dampak pertumbuhan penduduk antara lain sebagai berikut. Dampak PositifDampak Negatif Tersedianya tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Bertambahnya kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan sehingga berkembang jumlah dan jenis usaha lokal. Meningkatnya investasi atau penanaman modal karena makin banyak kebutuhan manusia. Meningkatnya inovasi karena penduduk dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, agar produktivitas lahan pertaniannya meningkat, manusia mengembangkan pupuk dan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat. Meningkatnya Angka Pengangguran karena tidak terserap lapangan pekerjaan Meningkatnya Angka Kriminal karena desakan kebutuhan. Meningkatnya Angka Kemiskinan karena tidak terpenuhinya kebutuhan Berkurangnya Lahan untuk Pertanian karena digunakan untuk lahan pemukiman Makin Banyaknya Limbah dan Polusi yang disebabkan kegiatan industri, perdagangan, dan rumah tangga. Ketersediaan Pangan Makin Berkurang karena kekurangan lahan pertanian Kesehatan Masyarakat Makin Menurun Berkembangnya Permukiman Tidak Layak Huni Upaya Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk Upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia di antaranya diselenggarakan melalui program Keluarga Berencana KB. Program KB mulai digalakkan pada tahun 1970-an. Program tersebut membuahkan hasil karena angka pertumbuhan penduduk mulai berkurang. Tingkat kelahiran yang pada tahun 1970-an mencapai 5,6, pada tahun 2013 turun menjadi 2,6. Tujuan dari program KB tidak hanya sekadar mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, tetapi juga memperbaiki kesejahteraan ibu, anak dan keluarga, mengurangi angka kelahiran dan meningkatkan taraf hidup bangsa. Meningkatkan pendidikan, karena pendidikan diyakini akan mengubah cara pandang tentang jumlah anak dan melakukan perencanaan keluarga yang baik. Pendidikan juga dapat menunda usia pernikahan sehingga mengurangi kemungkinan untuk memiliki banyak anak. Pemberdayaan generasi muda, karena generasi muda yang terdidik dan bekerja akan mengurangi kemungkinan memiliki anak dalam jumlah banyak. Mereka akan berpikir rasional dalam menentukan jumlah anak sehingga perannya dalam masyarakat tidak terkendala oleh banyaknya anak. Meningkatkan peran pemuda dalam berbagai aktivitas seperti olahraga, seni, dan budaya. Berbagai aktivitas tersebut akan menunda usia menikah karena kesibukan mereka. Mobilitas Penduduk di Indonesia Perpindahan penduduk dapat berupa perpindahan dari desa ke kota, antarprovinsi, antar-pulau, dan bahkan perpindahan ke negara lainnya. Perpindahan penduduk Indonesia ke negara lain masih sangat kecil dibandingkan dengan tipe migrasi lainnya. 1. Urbanisasi Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi di Indonesia sangat jelas terjadi di Pulau Jawa yang daerah perkotaannya banyak berkembang. Banyak penduduk desa yang kemudian memutuskan untuk tinggal di kota, baik untuk menetap atau sementara. Berpindahnya penduduk di Indonesia, terutama setelah kemerdekaan disebabkan oleh beberapa faktor pendorong dan faktor penarik seperti di bawah ini. Faktor PendorongFaktor Penarik Rendahnya penghasilan atau upah di desa sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup. Makin terbatasnya pemilikan lahan pertanian akibat makin besarnya jumlah penduduk di desa. Terbatasnya lapangan kerja di desa. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan di desa. Terbatasnya sarana hiburan di desa. Adanya bencana alam di desa, misalnya kekeringan, banjir, longsor dan lain-lain. Upah di kota yang lebih tinggi dibandingkan dengan di desa. Jumlah dan peluang pekerjaan di kota yang lebih banyak dan bervariasi Sarana dan prasarana pendidikan yang lebih memadai Sarana dan prasarana hiburan yang lebih memadai 2. Transmigrasi Transmigrasi adalah perpindahan penduduk antarprovinsi di Indonesia. Transmigrasi sudah dilaksanakan sejak jaman penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan Belanda, transmigrasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 1905. Pada saat itu, sebanyak 155 keluarga dari Karesidenan Kedu meliputi daerah Karanganyar Kebumen, Kebumen, dan Purworejo Jawa Tengah berhasil dipindahkan ke Gedongtatan, Provinsi Lampung. Jumlah penduduk yang dipindahkan mencapai jiwa. Pada masa pendudukan Jepang, dilaksanakan transmigrasi dari Jawa ke Lampung. Jumlah keluarga yang diberangkatkan mencapai keluarga atau jiwa. Pada masa Jepang, pelaksanaan transmigrasi dimaksudkan untuk mobilisasi tenaga kerja ke perkebunan di luar Jawa atau disebut Romusha. Transmigrasi Periode 1994-1999 Pada masa setelah Kemerdekaan, pemerintah melakukan transmigrasi melalui beberapa periodesasi, yaitu 1945-1950, 1950-1968, 1969-1974, 1974- 1979, 1979-1984, 1984-1989, 1989-1994, 1994-1999, 1999-2000, 2001-2003, 2004-sekarang. Daerah tujuannya makin luas tidak hanya ke Lampung, tetapi juga ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat
negara yang menerapkan kebijakan pro natalis